2011

3

Hanya Perlu Disadari

Posted on Sabtu, 29 Januari 2011




aku mencarinya, mencari namanya, mencari kenangannya, mencari hal yang bisa diingat tentang dia. Dimana ya, pernah aku tulis. Di mana ya, pernah aku catat. Tentangnya, tentang aku dan dia, tentang kebersamaan kita. Aku bongkar-bongkar diary lawas, yang masih kuno, yang masih aku tulis tangan. Nggak ada. Aku baca lagi satu per satu diary elektronikku, sampai emosiku campur aduk mengingat semua yang pernah aku alami. Nggak ada.

Siapa? Siapa dia bagiku dulu? Aku tak pernah mencatat sejarah tentangmu. Hanya ada si A selama sekian waktu, si B sekian waktu dan si C sekian waktu. Tak pernah ada dia. Sekali aku menemukan namamu aku tulis, tapi itu jadi bagian dari kejengkelanku terhadap si A , katakanlah. You’re nothing babe, in my past.

Masa? Aku nggak percaya.pasti ada. pasti ada.


Giliran otakku ku ubek-ubek. Aku bongkar dan geledah satu-satu dimana memori tentang dia. Aku menemukannya!! Aku menemukan dia, yang memberi tahu aku, di luar sedang hujan. “jangan pulang dulu,” katamu ketika aku masih berada di ruangan yang “mengurungku” cukup lama. Awal-awal waktu kita pertama bertemu. Oh!! Dia ya, ternyata dia yang menemaniku saat aku kesepian dulu, padahal saat itu aku berharap si B yang ada buat aku.

Ya, ya aku temukan lagi. Dia yang mengerti kalau aku bego masalah elektronik, dia tempatku bertanya dan selalu siap dengan jawaban. Dia yang selalu menawariku bantuan ini itu, padahal aku sedang ingin ditolong oleh si C. Lucu sekali, ketika aku patah hati pun, ternyata kita pernah jalan-jalan di sebuah expo, aku frustasi soal si C waktu itu. Ha ha. Dan coba berapa kali aku hitung, dia mengerti kesusahanku dan kelemahanku, dan iya-iya aja untuk menolongku. Banyak sekali. Dan ganjennya, aku menjadi terbiasa minta tolong dia.

Waktu aku naksir si D, dia (bukan si D) sepertinya sedang mendekatiku dengan sms-smsnya yang membuka topik yang berkelanjutan. Aku balas, tapi minatku hanya untuk D. Sekali aku GR dan menjadi takut dia menyukaiku, oh no! dia bilang, jangan GR, I’m your friend. Oke, harga diriku tumpah ke jalanan, ha ha.. dan Maluku ruah ke batin. Sudah, aku kapok. You are my best friend, too.

aku sudah selesai dengan semuanya. Menikmati kesendirian yang asyik, main-main sepi dan mesra dengan sunyi. Aku nggak cinta, sayang, suka, naksir, atau hampir naksir siapa-siapa. Dia tetap ada, menolongku di saat aku butuh. Kenapa selalu dia, selalu dia, ujung-ujungnya dia. Sampai aku kecanduan, tidak bisa lepas darinya. Apapun, aku pergi kepadanya.

Ternyata, dia sudah ada di sini, disampingku sejak dulu. Entah sejak kapan, dia mulai sayang, tapi ini membuktikan satu hal.

Bahwa cinta hanya perlu disadari.


you're my everything, now ^.^