Mei 2010

0

ketawa bareng adekku

Posted on Senin, 31 Mei 2010


28 Desember 2009
18.24

Punya adek dengan jarak jauh banget (12 tahun) itu nyenengin loh. Dunia kita beda, dunianya menyegarkan duniaku dengan segala kekonyolannya. Wahahaha…coba lihat ya, barangkali bisa ketawa.

Oleh-oleh kaos Balii

Buat uts mata kuliah fotografi, aku ada PKL ke daerah mojokerto-pacet gitu deh. Aku lupa tempatnya namanya apa, hehe. Kita berangkatnya pagi-pagi setengah lima. Seperti biasa, aku yang geradak jaya ini nyiapin barang-barang sampe seisi rumah bangun. Hmm, kira-kira jam empat pagi waktu itu.
Adekku rendi juga bangun. Trus tanya ke aku. ”Lho mbak kamu mau ke mana kok pagi-pagi?”. Jawabanku ngiming-ngimingin dia biar dia, nggoda biar dia ngenes.

”Enak os, mbak upa mau ke Malang. Mau main-mainan, naik flying fox. Jalan-
jalan. Yek kamu nggak ikut yeek.”.
”ikuut mbak, huhu..haa..pengen mbak. Bu kita nggak ikut?”
”Yo nggak boleh lah ndi, ini loh buat kuliah’e mbak upa. Ahaha, kasian deeh”
”Yo wes nggak popo wes. Lek kamu pergi ke malang, aku belikno oleh-oleh baju
bali”

bwahahaha…aku, ibuku dan ayahku langsung ketawa sampe kaku. Lha pergi ke Malang njaluke baju bali..si rendos o’os malah bengong-bengong aja. Aku nggak ngerti, jalan pikirannya, semua tempat wisata itu hanya punya oleh-oleh baju bali, atau semua tempat wisata, ato tempat buat berpergian itu namanya Bali. Cckckck

Aku udah ngerjakno lima

Adekku lagi baik hati. Ada temannya yang rumahnya jauh, pas maen ke rumah, tasnya ketinggalan, dan nggak bisa ngerjakan PR. Sama si Rendi, dikerjakan-lah PR itu.

“Udah mbo kerjakno ndi?”
“udah, aku wes ngerjakno lima, trus aku capek”
“Lho emange soal’e berapa se? Kurang berapa”
”nggak kurang, Soale ada empat.”

Sek-sek, aku bingung..ahahhahahahaha..lha trus satu soal itu soal apa ya??

Tujuh kali Dua belas sama dengan seratus

enak-enakan bubuk-bubukan di kamar, adekku teriak-teriak dari luar, ngajakin tebak-tebakan.

rendi: mbak ayo jawaben. 7 dikali 12 berapa?
puz: lho kamu uda diajari di skolah ndi? gampang itu 84. sini ta ajari.
rendi : moh, mbo ajari..kamu loh salah yeek..
puz: salah gimana? ayo sini ta tunjukno..
rendi : lha kamu yang salah. lihaten ta ini (sambil masuk kamar bawa kotak amplop). ini loh ada tulisane...12 dikali 7..trus ini ada tulisane seratus...
pus: walah ndi...whakakakkakaka

aduh adekku ini betapa polosnya...itu kan ukuran amplop..7x12 dan isinya ada 100 lmbr, eh dipikir kali-kalian. sesat ciak...ahahaha...ini pasti diajari tukang foto afdruk 3x4 sama dengan 5000 hahahaha

2

jalur ungu


Ajari aku memahamimu
bukan melalui kata-kata lusuh
yang buram berdebu
menjadikanku gagu atas tiap sikapmu
tapi, dengan bening kejujuranmu
yang memantulkan siapa kamu
tak peduli di sana ada bilur-bilur biru
atau jalur-jalur ungu
bekas luka masa lalumu


*bersihkan kamar, dan tiba-tiba nemu kertasku yang isinya puisi ini...haha, long long time ago, i ever had a bullshit love from someone at somewhere...naif sekali, dulu ingin menyembuhkan lukanya..ternyata he's a heartbreaker sejati..wakakka...ya wes lah..

0

aku ada

Aku ada
Bila saja kau mau diam dan merasakan
Menutup matamu dan melihat dengan hatimu

Aku pernah ada
Di tiap angin yang pernah kau dengar
Di tiap titik samar yang pernah kau lihat sekelebat
Sesaat sebelum kau menutup telinga dan bicara
Sesaat sebelum kau membuka mata dan terus mencari warna-warni

Tak akan pernah kau temukan aku
Di saat harimu bingar
Saat matamu hanya memancarkan nanar
Saat kesempuranaan bagimu adalah rupa
Saat kesetiaan bagimu adalah hampa
Saat cinta kasih bagimu hanya berupa kata-kata
Saat ketulusan bagimu cuma nafsu yang membara

di titik kau mengerti betapa berharganya semua itu
yang tak bisa kau dapat dari
bidadari bersayap pelangi
atau dari putri yang harus dijemput dengan kuda putih
atau yang harus kau cari ke negeri tujuh puri

Aku disini
hanya perlu kau sadari

0

Voiceless


Terakhir kali aku kehilangan suara gara-gara kecapekan, waktu aku kelas enam SD. Waktu itu aku homesick banget, sampai suaraku serak banget di hari kedua. Maklum masih kecil….

Sekarang aku baru merasakannya lagi,
Aku yang sudah umur 20 tahun ini
Yang sudah berpergian ke mana-mana tanpa orang tua
Yang sudah terbiasa bercapek-capek ria, tidur dua jam sehari dan diperes otak dan tenaga.

Dan entah kenapa,
Batuk yang umurnya baru dua hari, dan perjalanan kereta api Surabaya-Kediri 4 jam
Membuat suaraku serak bukan main.
Besoknya, suara hilang tanpa bekas.
Cuma ada bisik-bisik yang keluar.
oh ya, ini dalam rangka aku ikut PKL mata kuliah komunikasi dan modernitas di desa ngadiluwih, kediri,

Tapi bukan itu poinnya..
Bukan pada suara yang hilang.
Tapi pada kesempatan untuk mendengar lebih banyak ketimbang bicara.

Ya, siapa saja yang mengenalku, pasti tahu aku sangat-sangat banyak bicara.
Bicara ini itu biar dunia bisa dibenahi dan menjadi sempurna,
Sempurna yang aku inginkan..
Dengan bicara, ada persuasi agar perspektif kita juga dilihat orang lain
Biar orang lain tahu yang aku inginkan..
Oh, lihat kan!! Betapa egoisnya aku..
Kadangkala aku tidak mau mendengar. Apapun.

Tapi kemarin, aku belajar banyak hal

Pertama, sepanjang hidup ini aku tidak bisa berdiri diatas kakiku sendiri.
Aku tidak bisa bicara, tapi tugasku untuk mewawancarai tetap selesai.
Berkat siapa? Teman-temanku. Aku tidak bisa bicara untuk melakukan step-step ngerjain tugas sesuai yang aku rencanakan, memberikan masukan ini itu untuk ngerjakan tugas atau jalan-jalan? Tapi toh semuanya baik-baik saja tanpa aku. Semuanya berjalan amat lancar. Aku jadi menghargai adanya kerja sebuah tim. Bahkan, gara-gara obat batuk keras sialan, aku jadi ngantuk berat dan ga bisa melek. Temen2ku yang ngerjain. Kelemahanku adalah tidak bisa percaya sepenuhnya pada orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Kali ini aku belajar PERCAYA.

Kedua, aku bisa lebih peka.
Yup, barangkali aku memang kelewat cuek dan tidak peka sama sekitar. Gossip-gosip kampus, aku selalu tahunya telat. Kalau aku salah, aku paling nggak bisa disindir, nggak ngerti dan nggak tahu maksudnya. Kudu langsung dibilangin. Kalau ada yang secara implisit mengungkap sesuatu, aku nggak bisa nangkep. Karena ya itu tadi, kebiasaanku sendiri memukul rata semuanya secara eksplisit, pake bahasa verbal yang jelas, nggak usah bertele-tele dan langsung ke orang yang dituju. Kali ini, aku bisa belajar bahasa yang lebih banyak daripada yang bisa aku ngerti biasanya. Bisa membaca orang yang sebel, malas-malasan, lagi bete, bersemangat, punya maksud tersendiri, hanya menggoda, dll.

Ketiga, karena barangkali ada di desa.
Aku terharu bisa mendengar suara angin. Ha ha ha. Suara hujan yang kena daun. Suara ayam pas pagi hari. Suara sapu lidi yang bergesek dengan tanah. Suara kereta api. Suara jangkrik, suara macam-macamlah..aku senang…pas di kota, tetap ada saja yang bisa aku dengar, yang sebelumnya aku acuhkan. Suara senandung kecil pengamen cilik yang ngitung duitnya. Hei..,penuh rasa syukur kayaknya..hmm..sebelumnya, Cuma ada suara rencana-rencana kegiatan yang harus aku kerjakan.

Dan yang terakhir, aku merasakan…betapa tersiksanya ingin mengungkapkan sesuatu tapi nggak bisa. Pengin bicara tapi ada keterbatasan yang membuatnya nggak bisa dibicarakan. Tersiksa sekali jadi tuna wicara.

Aku hanya kehilangan suaraku untuk beberapa hari mungkin.
Tapi mereka kehilangan suara untuk selamanya.
Aku masih dianggap normal orang-orang sekitarku, malah menarik simpati.
Tapi mereka ditakuti seperti penyakit, dan dianggap nggak jelas.
Banyak yang mau mengerti maksudku, dan menanyakan berulang-ulang padaku.
Tapi mereka ditinggal pergi karena dianggap ga jelas, dan buang-buang waktu.

Kadang kita tak pernah bisa menghargai sesuatu kalau belum mengalaminya sendiri.
Aku berterima kasih sudah diberi kesempatan untuk ini.
^.^

ditulis 12.38 tanggal 31 Mei 2010